Tuesday

Jokowi dan Ahok The Servant Leader for Jakarta !


Sumber:  news.detik.com
Jokowi dan Ahok 
The Servant Leader for Jakarta !
Sudah 10 tahun saya mencari figur Pemimpin yang Melayani di Indonesia. Jumlahnya tidak banyak, bahkan langka. Nah, sekarang baru ketemu. :)
Teman, Joko Widodo dan  Basuki (Ahok) masuk dalam karakteristik Pemimpin yang melayani.
Baca artikel berikut ya?

10 KARAKTERISTIK BAPA SEBAGAI
PEMIMPIN YANG MELAYANI


Artikel Panduan Perjalanan Minggu ke-V ini diadaptasi dari working paper:
Stephanus Tedy R., Karakteristik Kepemimpinan Pelayan yang Memberdayakan, Harvest International Theological Seminary (HITS –S2), Lippo Karawaci, 2002

Yesus berkata kepada mereka, "Raja-raja bangsa yang tidak mengenal Allah menindas rakyatnya, dan penguasa-penguasanya disebut 'Pelindung Rakyat'. Tetapi kalian tidak boleh begitu. Sebaliknya, orang yang terbesar di antaramu harus menjadi seperti yang terkecil, dan pemimpin haruslah menjadi seperti pelayan.
(Luk 22:25-26)



Berdasarkan kewajiban seorang pelayan yang berintegritas seperti yang dibahas minggu lalu, maka kita dapat menyusun daftar karakteristik yang sangat penting untuk mengembangkan seorang Bapa sebagai pemimpin yang melayani. Ia akan:[i]

1. Mendengarkan (Listening)
Para pemimpin dalam Perjanjian Lama dan Baru sangat dihargai akan keahlian mereka dalam berkomunikasi dan membuat keputusan. Hal ini sangat penting bagi pemimpin berkarakter pelayan dan perlu diperkuat dengan suatu komitmen mendalam untuk mendengarkan secara serius. Seorang Bapa sangat perlu untuk peka mengindentifikasikan keinginan kelompok dan menjembataninya. Ia harus mendengarkan bukan apa saja yang diucapkan. Tetapi juga memperhatikan dengan teliti melalui gerakan tubuh, mimik wajah, apa sebenarnya yang dimaksud putranya. Mendengarkan juga berarti memahami dan terdapat hubungan dengan suara hati dan berusaha mencari tahu apa yang dimaksud oleh roh, jiwa dan tubuh seseorang ketika berkomunikasi. Artinya sangat penting bagi seorang pemimpin berkarakter pelayan untuk memiliki karunia membeda-bedakan roh (discernment), sehingga ia memahami betul suara-suara yang ada dalam dirinya dan puteranya yang berurusan dengannya. Bagaimana jika ia tidak memiliki atau belum dikaruniakan karunia ini? Jika itu hal bahasa tubuh dan hal kejiwaan ia bisa mempelajari dan mengembangkannya. Tapi untuk masalah kerohanian, ia harus memiliki penasihat atau rekanan yang memiliki karunia membedakan roh ini. Mendengarkan digabung dengan refleksi secara periodik akan sangat berharga dalam membantu pertumbuhan seorang pemimpin yang berkarakter pelayan.

2. Empati 
Pemimpin berkarakter pelayan harus berusaha keras untuk mengerti dan berempati dengan puteranya. Puteranya perlu merasa diterima dan dikenal karena roh mereka yang khusus dan unik. Seseorang dengan empati yang baik dapat menegur perilaku atau kinerja yang buruk tanpa menyerang orangnya. Pemimpin yang berkarakter pelayan yang sangat sukses adalah seorang pendengar empati yang ahli.

3. Mampu untuk menyembuhkan secara utuh (Holistic Healing)
Belajar untuk menyembuhkan merupakan kuasa yang dahsyat untuk bertransformasi dan integrasi. Salah satu kekuatan terbesar dalam diri seorang pemimpin yang berkarakter pelayan adalah potensi untuk menyembuhkan orang lain. Banyak orang karena berbagai alasan mengalami akar pahit dan roh yang terluka. Sehingga menderita berbagai penyakit kejiwaan dan kerohanian. Pemimpin berkarakter pelayan cepat mengenali ketika ada kesempatan untuk menyembuhkan secara holistik dengan siapa mereka berhubungan. Mereka akan dicari-cari puteranya dan pengaruh atas puteranya akan sangat kuat oleh karena hal ini, sehingga dengan mudah puteranya akan mengikuti dan mengikuti visi dan misi yang diimpartasikan.

4. Mawas diri (Self Awareness)
Waspada secara umum dan khususnya mawas diri akan memperkuat pemimpin berkarakter pelayan. Mengembangkan kemampuan untuk mawas diri ini dapat menjadi pengalaman yang menakutkan-karena Anda tidak tahu apa yang akan Anda temukan. Kewaspadaan juga membantu seseorang dalam memahami isue yang berkaitan dengan etika dan nilai-nilai. Ini memberikan kemungkinan mampu untuk melihat seluruh situasi dalam posisi yang lebih terintegrasi dan holistik.

5. Pandai membujuk secara meyakinkan (Persuasive)
Dalam membuat keputusan di organisasi, seorang pemimpin berkarakter pelayan lebih mengandalkan persuasi dibandingkan menggunakan otoritas. Ia lebih memilih untuk meyakinkan pihak lain dibandingkan dengan memaksakan kehendak. Inilah perbedaan terjelas dari kepemimpinan model otoriter dan kepemimpinan berkarakter pelayan. Pemimpin berkarakter pelayan sangat efektif dalam membangun kesepakatan dalam kelompok. Inilah tipe pemimpin yang sangat dibutuhkan dalam keluarga, gereja dan masyarakat. Seperti inilah kepemimpinan Tuhan Yesus. Perhatikan nasehat Rasul Paulus berikut:

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang pelayan, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Fil 2:5-11).

6. Memiliki kemampuan konseptual
Pemimpin berkarakter pelayan berusaha memelihara kemampuan mereka untuk “memimpikan impian yang besar” yaitu melihat dari gambaran keseluruhan. Kemampuan untuk melihat suatu masalah suatu organisasi dari sudut pandang konseptualisasi yaitu pola berpikir yang di atas kenyataan sehari-hari. Bagi banyak pemimpin karakteristik ini memerlukan banyak praktek/latihan dan disiplin dalam hidup sehari-hari. Pemimpin tradisional dikuasai kebutuhan untuk mencapai tujuan-tujuan operasional jangka pendek. Pemimpin yang berharap menjadi pemimpin berkarakter pelayan berdasarkan konsep berpikir konseptual, harus meregangkan (strecth) pola berpikirnya melampaui batas-batas yang lebih luas. Dalam banyak organisasi, konseptualisasi merupakan dewan komisaris atau dewan direktur atau dewan penatua (board of elders) dalam organisasi gereja. Sayangnya, dewan direktur suka terlibat dalam operasional sehari-hari dan gagal untuk memberikan konsep yang bervisi dalam suatu lembaga. Suatu hal yang mengecewakan!. Dewan harus paling konseptual dalam orientasinya dan staff perlu sangat operasional dalam sudut pandangnya dan pemimpin yang paling efektif harus mengembangkan kedua sudut pandang ini. Pemimpin berkarakter pelayan perlu menyeimbangkan keduanya. 

7. Mampu memprediksi hasil dari situasi yang sulit (foresight)
Dekat dengan konseptualisasi, kemampuan untuk melihat lebih jauh seperti apa hasil dalam situasi yang sukar diperkirakan. Foresight adalah satu karakteristik yang memungkinkan pemimpin berkarakter pelayan memahami pelajaran dari masa lalu, kenyataan sekarang, dan akibat dari keputusan di masa depan. Karakteristik ini tampaknya merupakan karunia dari lahir. Mayoritas karakteristik lainnya bisa dipelajari kecuali foresight ini.

8. Melakukan penatalayanan (stewardship)
Pemimpin berkarakter pelayan akan fokus pada komitmen melayani kebutuhan orang-orang lain. Perhatikan surat Rasul Petrus berikut:

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. (I Petrus 4:10)

Ada banyak jenis penatalayan yang dijelaskan dalam Alkitab yang terwujud dalam bentuk penatalayanan dalam penciptaan, penatalayanan Israel, penatalayanan Yesus Kristus dan penatalayanan gereja. Yang dibagi dalam ruang lingkup penatalayanan keselamatan Allah, penatalayanan rumah tangga/keluarga, penatalayanan gereja, penatalayanan tenaga, waktu dan benda yang dipercayakan Allah, penatalayanan tubuh sendiri (Roma 12:1) dan penatalayanan lingkungan hidup/masyarakat Dalam penatalayanan juga lebih menekankan kepada prinsip keterbukaan dan prinsip persuasi dibandingkan dengan kontrol. 

9. Menunjukkan Komitmen bagi pertumbuhan Putera
Pemimpin berkarakter pelayan percaya bahwa setiap orang memiliki nilai intrinsik di atas kontribusi nyata yang diberikan sebagai orang yang bekerja. Oleh sebab itu pemimpin berkarakter pelayan memiliki suatu komitmen mendalam bagi pertumbuhan setiap orang di dalam organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin berkarakter pelayan akan mengenali tanggungjawab yang besar untuk melakukan segalanya dalam memelihara dan mengembangkan pertumbuhkan pribadi, profesional dan kerohanian putranya. Dalam praktek, hal ini termasuk tindakan nyata dalam: menyediakan dana untuk pertumbuhan profesional dan personal, menerima ide dari pribadi dan masukan dari setiap orang, mendorong putera dalam proses membuat keputusan dan secara aktif membantu karyawan yang dipecat dalam mencari pekerjaan lain.

10. Membangun komunitas
Pemimpin berkarakter pelayan akan menyadari bahwa banyak yang sudah terhilang dalam sejarah manusia sebagai hasil pergeseran komunitas lokal menjadi lembaga yang besar dalam usaha membentuk hidup yang lebih baik. Kesadaran akan hal ini menyebabkan pemimpin berkarakter pelayan berusaha mencari identitas melalui berbagai cara kreatif (selama tidak terlarang) untuk membangun komunitas di mana ia ditempatkan Allah. Ia percaya bahwa komunitas yang sejati dapat diciptakan diantara orang-orang yang bekerja baik dalam bisnis, gereja maupun organisasi lainnya.
[i] Artikel Panduan Perjalanan Minggu ke-V ini diadaptasi dari working paper Stephanus Tedy R., Karakteristik Kepemimpinan Pelayan yang Memberdayakan, Harvest International Theological Seminary (HITS –S2), Lippo Karawaci, 2002

About Stephanus Tedy

About Stephanus Tedy

Visitor Counter

Copyright © 2004-2024