Sunday

BEDA MANAJER DAN PEMIMPIN



Sejak begawan dan Bapa Kepemimpinan Warren Bennis menulis dalam bukunya yang berjudul On Becoming A Leader tentang perbedaan antara manajer dan pemimpin, banyak paradigma para penulis bisnis mengalami perubahan. Para penulis yang sudah terpengaruh ini menimbulkan kesan seolah-olah para manajer itu kaku, fokus pada sistem dan tidak memperhatikan orang lain.
Dengan demikian adalah lebih baik menjadi pemimpin dibandingkan dengan menjadi manajer.
Coba perhatikan kontras dari Warren Bennis berikut:

Tapi tujuan tulisan Warren Bennis adalah untuk mempengaruhi dan meminta pembacanya berpikir dan kemudian merubah paradigma seolah-olah manajer adalah lebih baik sehingga mendorong para pemegang kekuasaan untuk merubah fokus dari mencetak manajer menuju ke arah pengembangan kepemimpinan. 


Jadi beliau membuat kontras yang jika tidak dianalisa dengan mendalam; seolah-olah disalahartikan pemimpin lebih baik dari manajer.

Penulis lain yang memang melihat ada pergeseran trend juga ikut “menyerang” dan melalui artikel, buku, seminar, pelatihan mengabarkan kemana-mana bahwa pemimpin itu lebih baik daripada manajer.

Bagaimana dengan fakta di lapangan?

Tidak demikian.

Dunia kita sekarang memang sangat menderita dan betul sekali; sangat memerlukan (dengan sangat) para pemimpin. Tetapi disisi lain organisasi kita tetap perlu manajer. Keduanya memiliki fokus, fungsi dan peranan yang berbeda.

Pemimpin diperlukan untuk menghadapi orang. Manajer diperlukan untuk mengelola sistem dan barang. Orang tidak suka dikelola (di-manage) tapi orang suka dipimpin.

Tapi untuk mengelola sistem dalam perusahaan kita perlu manajer. Manajer Keuangan, Manajer Akuntansi, Manajer Produksi, Manajer Sumber Daya Manusia, Manajer Penelitian dan Pengembangan, Manajer Gudang, dst. Jabatan-jabatan di atas, semuanya memerlukan manajer yang fokus pada peraturan dan sistem. Tidak perlu banyak berimprovisasi.

Seandainya saya seorang pemilik atau pemimpin bank besar yang memiliki banyak cabang, maka saya akan mencari, memilih dan mengangkat seorang manajer yang taat kepada sistem yang sudah ada, sehingga bisa dikontrol dari pusat perusahaan. Jika sang manajer suka berimprovisasi sehingga keluar dari sistem, maka yang bersangkutan tidak cocok untuk menjadi manajer cabang.

Tapi bagaimana dengan karakter dan sifat kepemimpinan? Apakah manajer tersebut tidak boleh menerapkan kepemimpinan?

Seorang pemimpin sejati tidak bisa dibendung. Karena jika terus mengembangkan diri, maka pada waktunya (pada waktu yang tepat), ia akan muncul dan memimpin yang lain.

Jadi, yang diperlukan adalah manajer cabang yang berpikiran sebagai manajer, tapi memiliki hati seorang pemimpin. Ketika mengatur sistem sang manajer berperan sebagai manajer. Ketika mengatur orang, sang manajer berperan sebagai pemimpin.

Dalam konteks analisa SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunity & Threats), Pemimpin fokus kepada hal eksternal yaitu peluang dan ancaman. Manajer fokus kepada hal internal yaitu kekuatan dan kelemahan.

Jika hanya fokus kepada hal eksternal (peluang dan ancaman), dan tidak mengukur kekuatan dan kelemahan diri, maka bisa hancur dalam proses pencapaian visi dan misi.

Jika hanya fokus kepada hal internal yaitu mengenal kekuatan dan kelemahan diri tapi tidak memperhatikan hal eksternal (peluang dan ancaman), maka bisa salah arah dan tersesat sehingga tidak bisa merealisasikan visi dan misi. Visi dan misi yang tidak terealisasi hanyalah halusinasi.

Jadi baik Anda sebagai manajer atau sebagai pemimpin, (ya, Anda benar…); keduanya tetap diperlukan. Always doing the right things right.



TED, LV30112014











About Stephanus Tedy

About Stephanus Tedy

Visitor Counter

Copyright © 2004-2024