Monday

Mentalitas Esau: Take It For Granted


Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu. 
— Kejadian 25:32; 34


Mentalitas Esau adalah salah satu penghalang terbesar untuk memaksimalkan potensi diri dan bertumbuh secara fisik, mental dan rohani. Mentalitas Esau akan menolak Hukum proses; yaitu segala sesuatu ada proses yang harus dijalani dengan konsisten baru akan memberikan hasil yang sepadan atau berkelimpahan.
Mentalitas Esau ini bisa menyerang siapa saja termasuk saya: yang menulis artikel ini, Anda: para pembaca. Para pejabat negara. Seluruh Jemaat Tuhan. Para Full timer. Bahkan para pemimpin rohani yang berjubah sebagai Penginjil, Elder, Diaken atau Pastor / Pendeta.
Mentalitas Esau inilah yang harus dilawan setiap hari dan harus kita salibkan.
Contoh nyata mentalitas Esau yang kita hadapi setiap hari adalah:
  • Mau masuk ke surga tapi tidak mau atau malas bersaat teduh bertemu Tuhan setiap hari.
  • Mau menerima upah di surga tapi tidak mau melakukan kehendak Allah dan sibuk memaksakan kehendak sendiri dan menyamarkan keinginan dagingnya dalam doa Yabes.
  • Diberi karunia dan urapan untuk mujizat, kesembuhan dan nubuat, tapi melayani orang lain dengan motivasi tersembunyi dan kebanggaan sendiri sehingga pada akhirnya akan di-enyahkan Tuhan Yesus.
  • Mau memiliki badan langsing tapi tidak mau mengendalikan napsu makan dan menolak berolahraga.
  • Mau mengeluarkan uang untuk membayar kopi-latte di Starbuck tapi protes keras dengan pelatihan pengembangan diri di gereja yang cuma meminta uang pengganti fotocopy materi dan konsumsi yang ia konsumsi sendiri .
  • Mau mengeluarkan uang untuk nonton film di Cineplex; tapi tidak mau mengeluarkan uang untuk kursus yang menambah ketrampilan dan masa depan sendiri.
  • Mau mengeluarkan uang beberapa juta untuk membeli gadget terbaru bahkan rela mencicil kartu kredit (berhutang); tetapi tidak rela mengeluarkan uang untuk pengembangan diri dan keahlian yang akan menunjang karir atau bisnisnya.
  • Mau mengeluarkan uang banyak untuk rokok, minuman keras, narkoba, main pelacur dan pergi berlibur dengan selingkuhannya tapi menolak membiayai pendidikan anak sendiri.

Jika ia pejabat negara  dan memiliki kesempatan, maka dengan segala cara akan melakukan tindakan korupsi dengan serakah dan menggunakan uang korupsi untuk memuaskan keinginan daging (wanita), keinginan mata (barang mewah / bermerek) dan keangkuhan hidup (kesombongan jabatan). Jika ada pejabat Negara yang berteriak-teriak melawan korupsi atau pejabat rendahan yang protes keras dengan korupsi yang dilakukan atasannya, itu bukan karena ia mencintai Negara, tapi karena tidak diberi bagian atau mendapat kesempatan. 
Jika ada pejabat Negara yang tulus melawan korupsi jumlahnya tidak akan sampai 1 %. Yang 1 % ini pasti akan diserang habis-habisan oleh 99% yang melakukan korupsi.
Jika ia seorang full timer, maka ia pasti akan melukai banyak jemaat yang mestinya dilayani dengan kasih Bapa.
Jika ia seorang pendeta, maka ia akan membayar full-timer sangat rendah dan akan memuji-muji dan kalau perlu menjilat Jemaat yang memberi perpuluhan terbesar. Biasanya keuangan gereja akan di pegang isteri atau saudaranya. Pendeta Esau ini secara halus akan mengusir Jemaat yang tulus ingin bertumbuh dan memang membutuhkan pertolongan tapi susah secara ekonomi.
Tindakan Esau ini sama saja dengan mau mengklaim asuransi jika terjadi kehilangan, kecelakaan dan cacat atau meninggal dunia tapi tidak mau membayar uang premi asuransi.
Mentalitas Esau adalah mentalitas umat bukan pilihan Tuhan. Alias mentalitas anak-anak dunia yang ditakdirkan binasa dalam kekekalan.
Terus terang, pengikut Setan-pun kadang bersikap lebih baik karena mereka bersikap totalitas. Mau membayar berapa saja harga yang diminta demi keyakinannya (termasuk melakukan bom bunuh diri), walaupun keyakinan itu salah.
Jika Jemaat terus menerus bersikap seperti ini dan tidak mau bertobat, maka saya yakin bukan surga yang akan terbuka melainkan pintu neraka dan api neraka yang menyala-nyala sudah menanti dengan penuh sukacita.
Saya bertobat.  Bagaimana dengan Anda?


LV, 31032014



About Stephanus Tedy

About Stephanus Tedy

Visitor Counter

Copyright © 2004-2024