Tuesday

ALL ABOUT FAMILY BUSINESS (#5): 5 DIMENSI INTERNAL PERUSAHAAN




5 Dimensi Internal Perusahaan





Analisa 5 dimensi internal perusahaan adalah analisa untuk memahami dasar untuk membangun organisasi. Sangat berguna khususnya dalam memfokuskan upaya ke area mana nilai-nilai keluarga diyakini memiliki pengaruh; terutama dalam praktik aktivitas bisnis keluarga sehari-hari.

Kelima dimensi itu adalah:

1.    Relasi / Jaringan Kerja (Networking). Proses pembagian informasi yang mendalam dan mengembangkan hubungan yang kuat baik di dalam keluarga dan sistem lingkungan bisnis/industri.
Perusahaan keluarga yang sukses akan berhasil dalam mengembangkan jaringan bisnis dan akan menjadikan jaringan ini sebagai basis interaksi dengan dunia luar. Jaringan ke luar perusahaan ini biasanya dipelihara dan berhubungan langsung dengan kepentingan perusahaan. Jika hubungan sangat baik, seringkali informasi akan diperoleh lebih dulu dan mendapatkan delivery lebih awal. Jaringan yang tidak berjalan baik biasanya dihentikan dan diganti dengan relasi pihak lain yang lebih baik.
Kadangkala ada yang membuat jaringan  bukan berdasarkan strategi bisnis tertentu melainkan berdasarkan kesamaan geografis atau kesamaan iman atau nilai-nilai. Contohnya di Indonesia pengusaha dari Sumatera Utara/Medan cenderung untuk membentuk jaringan bisnis yang cukup kuat karena memiliki nilai-nilai, asal daerah, budaya dan bahasa yang hampir sama. Dalam prosesnya, komunikasi yang saling terbuka akan menimbulkan kepercayaan. Dapat dipercaya (trust) dalam bisnis menjadi nama baik (goodwill) dan merupakan salah satu keunggulan bersaing dari perusahaan keluarga ketika berkiprah dalam industri.  Tidak jarang komunikasi yang sudah berjalan dengan sangat baik akan diturunkan ke pimpinan perusahaan generasi berikutnya.
2.   Penyesuaian Tujuan (Goal alignment). Penyesuaian antara tujuan pribadi dan tujuan kelompok. Sebagai anggota keluarga, bekerja dengan perusahaan keluarga sendiri memiliki keuntungan yaitu kemampuan mengendalikan nasib sendiri. Anggota keluarga yang berkarir dalam perusahaan akan merasa ada ikatan batin yang membuat mereka mempunyai rasa memiliki (ownersip) yang lebih tinggi. Hal ini dapat berakibat juga kepada karyawan lain yang bukan anggota keluarga yang bekerja bersama-sama akan ikut terpengaruh dan mungkin juga mengikuti komitmen dan mengidentifikasikan diri dengan teladan langsung ini.  
Struktur organisasi yang fleksibel memudahkan akses karyawan ke senior manajemen dan pendiri / pemilik perusahaan yang pada gilirannya akan merasakan perasaan terkoneksi, merasa bagian dari keluarga besar dan tujuan yang sama.
3.   Kendali (Control). Identifikasi seberapa besar kekuasaan dan pengaruh yang ada dan terhadap perusahaan, dewan direktur dan para pemegang saham. Perumpamaan “Like Father, Like Son” dan “Air cucuran atap akan jatuh ke pelimbahan juga” tetap berlaku dalam segala bentuknya dalam perusahaan keluarga. Kebiasaan para pendiri sebelumnya akan menentukan dan mempengaruhi gaya kendali yang terjadi berikutnya.
Bisnis keluarga sering menghadapi ujian dalam pembuatan keputusan untuk menentukan siapa yang memegang keseimbangan antara kendali dan tangungjawab. Dapat dipegang oleh Pimpinan Tertinggi / Manajemen; atau Dewan Direktur; atau Wakil Pemegang Saham Mayoritas; atau kombinasi ketiganya. Setiap jenis dan kombinasi pemegang keseimbangan kendali dan tanggungjawab ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Jika semua kendali dipegang Pimpinan tertinggi, maka konflik kepentingan pasti akan terjadi. Ingat kasus suap putera mahkota konglomerat Korea Selatan (chaebol) Samsung (Lee Jae-yong) yang terjadi baru-baru ini. [1]
Jika kendali diwakili oleh wakil pemegang saham mayoritas tetapi ia sendiri adalah pribadi yang dominan dari pihak keluarga, maka keputusan akan lebih mengarah kepada ambisi dan motivasi pribadi dibandingkan kepentingan para pemegang saham keseluruhan. Ingat kasus skandal seks dan korupsi yang menimpa Volkswagen tahun 2006-2007. [2]
Selain itu godaan lain  dalam kendali adalah ketika menentukan siapa yang akan masuk ke dalam senior manajemen angkatan berikutnya. Di Asia karena pola patrilinial, ada kebiasaan mengangkat anak laki-laki tertua menjadi senior manajemen padahal belum tentu ia mampu dan pantas (The Incompetent Son). Mungkin saja adiknya yang lebih kapabel. Tapi ia toh anak tertua.
Isu lain adalah nepotisme, yaitu mengangkat anggota keluarga masuk posisi senior karena ia semata-mata adalah anggota keluarga, bukan berdasarkan profesionalisme yaitu karakter, kemampuan, kesesuaian visi pribadi dengan visi perusahaan dan performance. Nepotisme akan memancing persaingan tidak sehat dan permusuhan antar anggota keluarga yang merasa dirinya berhak akan posisi senior sehingga akan timbul permainan politik yang dapat membahayakan nasib perusahaan dan memberikan citra buruk kepada masyarakat.
Ada sisi baik juga jika sudah menentukan siapa yang akan menjadi pimpinan penerus. Anak atau beberapa anak yang direncanakan akan menjadi penerus dari usia muda sudah diajak breakfast, makan malam, outing (keluar dan memeriksa pesaing langsung di lapangan), perjalanan bisnis, family gathering, bekerja setelah pulang sekolah dan magang. Semua kegiatan calon penerus adalah membicarakan, melakukan dan diarahkan oleh mentornya ke dalam bisnis keluarga. Dari aktivitas langsung ini akan terlihat apakah anak tersebut benar-benar pantas menjadi penerus. Taipan Indonesia DR. Mochtar Riady sudah mengaplikasikan metode ini kepada James Riady ketika James (yang bukan anak tertua ) saat itu masih berusia sangat muda.
4.   Jangka Waktu (Time Frame). Komitmen jangka panjang terhadap investasi yang sudah dilakukan oleh bisnis keluarga dan strategi bisnisnya. Disinilah terjadi perbedaan cukup jelas antara perusahaan keluarga dan perusahaan yang seluruhnya dimiliki publik. Perusahaan keluarga cenderung lebih beriorientasi jangka panjang. Pimpinan berpikir dalam skala generasi sehingga berpikir lebih jangka panjang dalam perencanaan dan membuat keputusan.
Seorang CEO di perusahaan publik yang menghadapi masa sulit tidak segan-segan mem-PHK banyak karyawan jika tindakan itu memang akan membuat harga saham melonjak dalam jangka pendek dan membuat pemegang saham senang. Tetapi pimpinan perusahaan keluarga lebih banyak timbang rasa untuk memecat karyawan apalagi jika karyawan itu sudah bergabung dengan setia sejak perusahaan mulai beroperasi.
Perusahaan keluarga di Asia melihat siklus pertumbuhan ekonomi cenderung dalam jangka panjang. Sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh gejolak naik-turun harga saham perusahaan di pasar modal. Mereka berjalan di jalur median. Tidak sukses luar biasa di masa boom tapi tidak mati di masa sulit. Itulah sebabnya banyak perusahaan publik di Amerika dan Eropa yang berorientasi jangka pendek (3-4 tahun) dalam siklus pertumbuhan ekonomi dan belum mendapat profit/merugi, diambilalih oleh perusahaan keluarga Asia yang lebih berorientas jangka panjang (5-15 tahun). Tendensi jangka panjang ini akan membuat hubungan yang lebih baik dengan supplier, marketing channel dan menciptakan skala ekonomis dan kemakmuran dalam jangka panjang.
Tetapi fokus jangka panjang ada kelemahan juga yaitu menjadi agak lambat (lack of urgency), fokus pada kepemimpinan paternalistik atau otokratik khususnya jika pimpinan puncak memang dominan dan independen.
5.    Struktur Organisasi (Organizing Structure). Menggunakan kedua jenis kontrol (baik dan fleksibel) untuk mendukung filosofi bisnis keluarga sehingga dapat diaplikasikan dengan jelas dan mantap.
Dasar struktur organisasi perusahaan keluarga berawal dari saling percaya dan saling mendukung. Itulah sebabnya, pada masa-masa awal, pembagian tanggungjawab ditentukan menurut kondisi dan situasi yang terjadi di lapangan; bukan ditentukan sebelumnya. Sifatnya informal dan membaur.  Tetapi struktur organisasi ini hanya berfungsi efektif jika kapabilitas masing-masing individu cukup tinggi. Job descriptions menjadi tumpang tindih. Kelemahannya jika ada kesalahan, sulit menentukan siapa yang harus bertanggungjawab.
Kadangkala jika anggota keluarga banyak dan semuanya aktif, yang menjadi CEO dapat dilakukan bergantian, misalnya setiap 3 tahun. Sehingga dapat menimbulkan masalah loyalty bagi para karyawan di bawah mereka. Apalagi jika mereka memberikan arahan yang berbeda satu sama lainnya. 
Keputusan seringkali dibuat di meja makan dan bukan dalam meja meeting resmi. Jika masalah ini terus-menerus terjadi, akan memimbulkan konflik antar anggota keluarga, sehingga pekerjaan menjadi kurang fokus dan energi yang seharusnya untuk hal-hal produktif dipakai untuk menyelesaikan konflik.
Solusinya adalah mengundang konsultan dari luar untuk membantu membenahi struktur organisasi dan job descriptions. Konsultan dari luar akan memberikan pandangan dan arahan yang lebih obyektif bagi anggota keluarga yang terlibat sehingga diharapkan konflik yang berkaitan dengan pembagian tanggungjawab pekerjaan dapat dikurangi atau ditiadakan.



About Stephanus Tedy

About Stephanus Tedy

Visitor Counter

Copyright © 2004-2024