Sunday

PRINSIP DAN DASAR


Source: http://www.123rf.com/photo_11264174_tree-with-root-and-grass.html

PRINSIP DAN DASAR

Terbaring nyeri selama 3 bulan di ranjang membuat saya berpikir kembali dan mengajukan pertanyaan kritis kepada diri sendiri.
  1. Apakah yang paling penting dalam hidup saya?
  2. Jika saya meninggal hari ini, apakah saya dapat mempertanggungjawabkan setiap perbuatan saya di hadapan Allah pencipta jagat raya?
  3. Apakah yang selama ini saya lakukan membantu atau mengarahkan saya kepada pertangungjawaban ini?
Pikiran kritis tersebut bagaikan kilatan petir dalam waktu singkat yang memberikan penerangan yang sangat jelas pada situasi yang gelap gulita. Iluminasi yang terjadi dalam sepersekian detik itu terekam dengan kuat dalam pikiran dan hati saya. Kontemplasi dengan metode Ignatius Loyola yang pernah dilakukan tahun 1991 muncul kembali dalam pikiran:

“Manusia diciptakan Allah Bapa untuk memuji, menghormati, dan melayani Tuhan, dan dengan demikian, sebagai orang pilihan ia memperoleh  kepastian keselamatan jiwanya (Flp. 2:12).

Dan segala sesuatu yang lain di dunia diciptakan untuk manusia dan bahwa mereka dapat membantunya untuk mencapai tujuan akhir yang untuknya manusia diciptakan.

Dari sini, artinya, manusia harus mempergunakan hal-hal duniawi tersebut asalkan hal-hal tersebut dapat membantunya mencapai tujuan akhir-nya, dan ia harus membuang hal-hal tersebut sejauh itu menghalanginya untuk mencapai tujuan akhir.

Untuk ini, adalah penting untuk membuat diri kita tidak terikat kepada semua hal yang diciptakan, di dalam segala sesuatu yang diperbolehkan menjadi pilihan bebas kita dan yang tidak dilarang (1Kor. 6:12); sehingga di pihak kita, kita tidak menginginkan kesehatan lebih daripada penyakit, kekayaan lebih daripada kemiskinan, penghormatan lebih daripada penghinaan, umur panjang lebih daripada umur pendek, sehingga di dalam segala sesuatu, hanya menginginkan dan memilih apa yang paling kondusif bagi kita untuk mencapai tujuan akhir yang untuknya kita diciptakan yaitu kehendak Allah dalam hidup kita.”


Itulah pola berpikir kekekalan. Jika perenungan Alkitabiah yang dianjurkan Ignatius Loyola di atas masuk ke dalam pikiran dan hati kita, maka akan menuntun kita kepada tindakan-tindakan yang sangat bertujuan. Setiap perkataan dan perbuatan kita efektif dan efisien. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Semua mengarah kepada tujuan akhir kita diciptakan. Kita akan melihat gambaran besar seperti Allah sendiri melihat. Kita akan menikmati hidup kita, apapun kondisinya (bdk. Ams. 30:8). Sukacita dan damai sejahtera yang melampaui segala akal akan memenuhi hati dan pikiran kita di dalam Kristus Yesus (bdk. Rm. 14:17; 15:13; Flp. 4:7).

LV, 17122012

About Stephanus Tedy

About Stephanus Tedy

Visitor Counter

Copyright © 2004-2024